Sungguh sedih, ketika tiap kuliah seperti ini......
Mahasiswa yang seharusnya sudah mampu berpikir secara dewasa, tetapi ternyata sama saja dengan anak kecil. Mungkin bahkan lebih parah dari anak kecil. Kalau anak kecil diingatkan oleh orang yang lebih tua, biasanya ia akan nurut. Tapi kalau mahasiswa ini....berbeda!!!
Contoh mudah adalah saat ini. Ketika perkuliahan dimulai kemudian ditinggalkan oleh pengajar (dosen), ternyata mahasiswa-mahasiswa ini tidak mampu menghargai orang lain yang sedang berbicara, menjelaskan, presentasi di depan kelas. Mereka asyik mengobrol dengan teman lain tanpa mempedulikan orang yang sedang presentasi (presenter) itu. Bahkan ada yang meninggalkan kelas alias pergi (pulang) begitu saja. Padahal presenter ini tak lain adalah teman mereka sendiri.
Pernahkah mereka berpikir, bila mereka yang ada di depan sedang berbicara, tetapi tak ada yang mendengarkan bahkan suaranya disaingi dengan kerasnya obrol dan tawa orang lain.... apa yang mereka rasakan? Tak sedihkah mereka? Tak sakit hatikah mereka? Tak kecewakah?
Bila mereka tahu. Ada sebuah ungkapan yang sangat bijak; “Bila kau ingin dihargai, hargailah orang lain. Bila kau ingin dihormati, hormatilah orang lain. Bila kau ingin didengar, belajarlah mendengarkan orang lain”.
Sungguh tidak adil. Ketika kita berbicara, kita ingin didengarkan oleh orang lain. Kita ingin semua orang fokus pada kita. Tapi sayangnya, kita tidak melakukan itu ketika orang lain berbicara. Terkadang kita ngobrol sambil SMS-an, sambil menulis dan sebagainya. Bolehkah seperti itu?
Kembali ke cerita semula.
Ingin ku berteriak memarahi mereka. Tapi ku pikir, buat apa? Toh mereka juga sudah dewasa. Mereka adalah MAHAsiswa. Lagi pula tadi juga sudah ada yang mengingatkan berkali-kali, bahkan sampai memberi peringatan agar yang tidak mau mendengatkan dan mengganggu jalannya diskusi keluar saja dari kelas, tidak usah mengikuti diskusi ini bila hanya mengganggu dan tak mau menghargai. Tapi.... sama saja. Tak ada yang berubah. Dan kelas pun tetap ramai, seperti pasar!
Ku berpikir lagi. Apakah ini terjadi karena sudah ada kong-kali-kong untuk sesi tanya jawab ya? Sudah ada kesepakatan siapa yang akan bertanya sehingga membuat mereka tak mau mendengarkan karna pasti juga tak dapat kesempatan tuk berbicara juga (bertanya).
Memang sangat terlihat kong-kali-kong itu. Orang yang mengajukan pertanyaan adalah orang yang dekat dan diminta bertanya oleh presenter. Presenter pun telah menyiapkan jawabannya.
Ada lagi... moderator yang saat diskusi memiliki kekuasaan penuh terhadap isi kelas, melebihi kekuasaan ketua kelas saat itu, tak bisa berbuat apa-apa. Suaranya tak didengar. Seperti aku di sini (tapi aku memang tak bersuara ding ^_^).
“Dosennya juga g tahu, kenapa harus serius? Nilainya aja Cuma diserahkan ke salah satu mahasiswa aja kok, biarlah.... Yang penting udah presentasi. Kewajiban selesai!”. Itukah yang ada di pikiran mereka? Kalau seperti ini siapakah yang patut dipersalahkan? Presenter-kah? Audience? Moderator? Atau dosen?
Aku hanya bisa berharap dan berdo’a, semoga mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu kesalahan. Harus segera diperbaiki....
Semakin memprihatinkan lagi, ini terjadi di sebuah kelas yang dihuni oleh para calon pendidik. Pendidik masa depan! Meski peristiwa ini terlihat kecil dan sepertinya sepele, tapi ini akan sangat berpengaruh terhadap sikap calon pendidik tersebut. Karna.... “moral kita, moral pendidik masa depan”. Apa yang kita lakukan sekarang bisa jadi terbawa ketika kita mendidik generasi Indonesia selanjutnya.... bayangkan saja!!!
25 Nov 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar