22 Mar 2011

Wahai Muslimah, Bersemangatlah…!

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin.... Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat Pencipta seluruh semesta alam dengan segala kehendak-NYA, yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan hidayah-NYA, masih memberikan kesempatan kepada kita untuk melihat, mendengar, berbicara, bernafas, bergerak bebas dengan leluasa serta merasakan nikmat-nikmat lainnya yang begitu banyak. Hingga terkadang kita tidak sadar, bahwa apa yang kita peroleh merupakan suatu nikmat dari-Nya. Shalawat dan salam kita mohonkan kepada Allah agar senantiasa selalu terlimpahkan kepada Pembawa Risalah Kebenaran, Sang Murabbi terbaik sepanjang jaman, Rasulullah Muhammad SAW, beserta kepada keluarga, sahabat dan semua pengikutnya yang setia hingga akhir jaman. Dan semoga kita termasuk umatnya yang setia dan istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya. Amin...
Ukhti sholihah… Anak merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Nasib Indonesia 20 tahun yang akan datang berada di tangan mereka. Namun demikian, sekarang kita lihat terjadi bencana kemerosotan moral besar-besaran di negeri ini. Orang yang melakukan kejahatan seolah sudah biasa dan tidak ada rasa takut maupun malu. Anak-anak pun demikian, rasa hormat pada orang tua sedikit demi sedikit memudar, kejujuran pun sering dipertanyakan (contoh ketika ujian/ulangan di sekolah). Jika hal ini terus dibiarkan, entah apa yang akan terjadi pada Indonesia di masa depan, di mana anak-anak inilah yang akan menjadi pemimpinnya. Mungkin, tindak korupsi akan semakin banyak, kekerasan dan kriminalitas terus merajalela, semakin luar biasa hingga jadi binasa.
Untuk itu bila kita menginginkan hal tersebut tidak terjadi lagi sebagai akibat kemerosotan moral anak saat ini, kita harus mengambil tindakan untuk mencegahnya. Lebih-lebih kita sebagai seorang muslimah, seorang ibu, seorang pendidik.
Anak sebenarnya terlahir dalam keadaan suci. Mereka terlahir putih bersih, seperti selembar kertas tanpa coretan sedikit pun. Kita lah yang akan melukis kertas tersebut. Yang menjadikan seorang anak yang baik, jujur, sopan ataupun orang yang jahat, sering berbohong, tidak menghormati orang lain dan sebagainya adalah lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Setiap orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya. Orang tua harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya merupakan alat pembinaan pada anak-anak melalui keteladanan sebagai pendidik. Di samping kepribadian, juga sikap dan cara hidup orang tua itu sendiri, cara berpakaian, cara bergaul, cara berbicara dan cara menghadapi masalah yang secara langsung tidak tampak hubungannya dengan pendidikan; tetapi akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Bagaimana tidak? Setiap hari anak-anak selalu berinteraksi dengan orang tuanya. Sikap dan perilaku orang tua akan sangat diperhatikan oleh anak mereka, bahkan menirukan atau mencontohnya. Namun demikian, kesadaran orang tua akan pentingnya keteladanan dan pengetahuan mengenai cara mendidik anak yang baik masih minim. Padahal orang tua merupakan pendidik utama bagi seorang anak seperti yang diungkapkan oleh Hafizh Ibrahim dalam syairnya:
Seorang ibu adalah madrasah. Apabila engkau mempersiapkannya, berarti telah menyiapkan generasi muda yang baik dan gagah berani. Seorang ibu adalah guru pertama dari semua guru pertama, yang pengaruhnya menyentuh jagat raya.

Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa tugas memperbaiki masyarakat umum ada pada pundak wanita, hal ini karena dua sebab:
Sebab pertama: Bahwa jumlah wanita seperti laki-laki, bahkan lebih banyak, sebagaimana ditunjukkan oleh Sunnah Nabawiyah. Walaupun berbeda antara satu negeri dengan yang lain, dan berbeda juga satu zaman ke zaman yang lain. Kadang wanita di suatu negeri lebih banyak dari negeri lain sebagaimana pula kadang di suatu zaman wanita lebih banyak daripada laki-laki. Atas dasar itulah wanita memiliki peran yang besar dalam perbaikan masyarakat. Sebab kedua: Bahwa pertama kali tumbuhnya generasi berada di bawah asuhan wanita. Dengan demikian, jelaslah pentingnya kewajiban wanita dalam perbaikan masyarakat. (Daurul Mar’ah fi Ishlahil Mujtama’, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin)

Selanjutnya, bila kita telisik lebih lanjut, seorang wanita/muslimah mempunyai berbagai peran. Dalam kaitan dengan uraian sebelumnya, peran muslimah dalam mencerdaskan bangsa di tengah dekadensi moral.

Peran utama seorang muslimah:
Dalam Lingkup Domestik
Sebagai istri
Peran ini akan berefek besar bagi peradaban manusia, sehingga menjadi patokan penting bagi muslimah, dan juga dalam mewujudkan masyarakat yang baik.
QS Al-Baqarah: 147, "Para suami merupakan pakaian untuk kamu, dan kamu pun menjadi pakaian untuk mereka".
Rasulullaah bersabda, “Bagi seorang muslimah, apabila wafat dan suaminya ridlo, maka dia akan masuk ke syurga-NYA”.
Hal tersebut menandakan betapa peran muslimah sebagai istri sangat penting. Suami istri yang harmonis memberikan kontribusi pada pembentukan keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis merupakan modal awal terbentuknya masyarakat yang harmonis.
Sebagai ibu untuk anak-anaknya, menjadi pendidik pertama dan utama
Dalam pendidikan, yang utama adalah adanya perubahan perilaku. Bagaimana orang tua/ibu dapat menerapkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Itulah peran yang sangat besar untuk muslimah.
Anak-anak membutuhkan pengarahan/filter dari ibunya, juga kerjasama dari ayah dan ibu dalam prosesnya. Dalam proses pendidikan tersebut, seperti halnya sebuah sekolah. Sekolah membutuhkan, guru, program dan evaluasi. Bagaimana ayah dan ibu bisa menjalankan pendidikan yang mencakup tiga hal tersebut diatas dengan baik. Dan Ibu sebagai orang yang cukup dekat dengan anaknya memiliki peran yang signifikan dalam proses pendidikan ini.
Dua hal itu lah peran muslimah dalam lingkup domestik; sebagai istri dan sebagai ibu.

Dalam Lingkup Publik
Selain peran muslimah di dalam rumah, di luar rumah pun muslimah harus punya kontribusi ke masyarakat. Dalam satu kisah: seorang muslimah terlihat ada di dalam syurga dalam dialog dijawab bahwa masuk syurganya karena satu peristiwa yaitu ketika sedang menulis, yaitu ada lalat di penanya, dan dia membiarkan saja lalat tersebut, sampai akhirnya terbang dengan sendirinya, baru kemudian ia menulis kembali. Hikmahnya: dia bersabar, dan berkasih sayang pada mahluk Allah. Kita harus punya kasih sayang terhadap sesama, sebagai anggota muslimah di tengah masyarakat.
Potensi muslimah yang lain, salah satu bidang yang besar saat ini adalah dalam pendidikan. Bagaimana kita bisa mengurangi porsi kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Itulah sumbangsih untuk mencerdaskan bangsa kita.
Hal kedua dalam mencerdaskan bangsa yang cukup punya efek juga yaitu berperan dalam politik dan ekonomi. Jika muslimah punya peluang untuk melakukan perannya, sekecil apapun itu, maka lakukanlah, InsyaAllah akan lebih baik dalam mencerdaskan bangsanya. Peran muslimah yang lain bisa juga dalam bidang medis, dll.

Lalu pertanyaannya adalah “Bagaimana caranya mempunyai kemampuan untuk dapat menjalankan peran tersebut?”

“Hai manusia, berbaktilah kepada Rabb-Mu yang telah menciptakan kamu dari satu diri…”
[QS An Nisaa: 1]
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar." [QS Al Ahzab: 35]

Dari kedua ayat tersebut maka beberapa sifat perlu menjadi bagian dari kepribadian kita sehingga aplikasinya dalam beramal/ berperan akan konsisten, taat dan sejalan dengan perintah Allah dan Rasulnya.
a. Menjadi muslimah dan mukminah yang berbakti kepada Allah SWT
b. Menjadi muslimah yang taat
c. Menjadi muslimah yang jujur
d. Menjadi muslimah yang sabar
e. Menjadi muslimah yang khusyu
f. Menjadi muslimah yang bersedekah
g. Menjadi muslimah yang berpuasa
h. Menjadi muslimah yang memelihara kehormatan
i. Menjadi muslimah yang banyak menyebut nama Allah

InsyaAllah jika kita mampu mengamalkan ayat-ayat tersebut akan terbentuk muslimah yang tawadhu yaitu bisa menghargai orang lain, tidak merasa lebih baik dari yang lain serta menjadi orang yang selalu berderma dalam konteks berperan aktif di masyarakatnya.

Itulah jalan-jalan bagi muslimah dlm membangun pribadinya, yang InsyaAllah akan menjadi jalan juga dalam mencerdaskan bangsanya... Aamiin.


Disarikan dari berbagai sumber, di antaranya:
muslimah.or.id
rumahfahima.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar